Dongeng Si Kancil dan Harimau: Seruling Ajaib
10/30/2015
Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu. “Ternyata enak juga
jalan-jalan di hutan bambu, sejuk dan begitu damai,” kata kancil dalam
hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba
jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si
kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. “Tolong! Tolong!”
teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat
terjepit. Ia hanya berharap mudah-mudahan ada binatang lain yang
menolongnya.
Tak
jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil
mendengarkan kicauan burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung.
“Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari
aku bernyanyi ya?”, tanyanya dalam hati. Semilir angin membuat harimau
terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara
berderit-derit. Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin. “Suara
apa ya itu?” kata harimau.
“Yang
pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah
hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja,” ujar si harimau. Suara
semakin jelas ketika harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati
ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu. “Wah
aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah
tersedia”, ujar harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat
tubuh kancil yang gemuk. Kancil sangat ketakutan. “Apa yang harus
kulakukan agar bisa lolos dengan selamat?”, pikir si kancil.
“Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti
tak akan mengenyangkanmu.” “Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu
kesempatan ini,” ujar si harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi,
kriet….kriet… “Suara apa itu?”, Tanya Harimau penasaran. “Itu suara
seruling ajaibku,” jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik telah
menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. “Aku bersedia mengajarimu
asalkan engkau tidak memangsaku, bagaimana?” Tanya si kancil.
Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang ingin
dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah
hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan
seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan
dengan serius. “Ko lagunya hanya seperti itu?”, Tanya harimau. “ini baru
nada dasar”, jawab kancil.
“Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku”, kata si kancil. Harimau melakukan apa yang di katakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu. “Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan”, Kancil menerangkan dengan serius. “Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho.” “Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib,” kata kancil dalam hati. “Harimau yang telah terjepit di antara batang bambu tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil. “Kau mau pergi kemana, Cil?”, Tanya harimau. “Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seruling,” jawab si kancil. “Masa aku harus belajar sendiri?”, tanya harimau lagi. “Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kauharus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.
Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang. Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. “Hore aku bisa!”, seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu. “Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. “Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil”, kata harimau.
Setelah
lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di bawah pohon.
Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..kriet membuat batang-batang bambu
saling bergesekan dan berderit-derit. Hal ini membuat amarah harimau
sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia
bermimpi dapat meniup seruling asli. Membuat para binatang menari dan
menyanyi.
Sang Harimau
Harimau bertemu Kancil yang sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu.
Si kancil berpura-pura asyik memainkan seruling.
“Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku”, kata si kancil. Harimau melakukan apa yang di katakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu. “Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan”, Kancil menerangkan dengan serius. “Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho.” “Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib,” kata kancil dalam hati. “Harimau yang telah terjepit di antara batang bambu tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil. “Kau mau pergi kemana, Cil?”, Tanya harimau. “Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seruling,” jawab si kancil. “Masa aku harus belajar sendiri?”, tanya harimau lagi. “Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kauharus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.
Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang. Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. “Hore aku bisa!”, seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu. “Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. “Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil”, kata harimau.
0 komentar: