Cerpen Sang Satria Hati

Hembusan angin yang cukup kencang, terpaan ombak pantai Matras pulau Bangka, membawa cintaku kembali, yang dulu sempat pergi entah ke mana.
“hai?” sapa seorang remaja laki-aki. Aku hanya melihat arah sumber suara itu.
“kau masih ingat denganku?” Tanya remaja itu lagi.
“maaf tapi aku lupa” jawab aku.
“dulu kita pertama kali bertemu di pelabuhan muntok, kita menyembrang laut menaikki kapal yang sama, kau duduk di belakang aku, kita bercanda riang” ujar laki-aki itu.
“kau.. kau Satrio?” pekikku.
“iya Aci aku Satrio” jawab Satrio.
“Satrio, kau tahu, aku selama ini merindukanmu” kataku sambil memeluk Satrio, Satrio pun memelukku.
“aku telah mencarimu kemana-mana ci, tapi kau sukar dicari, sekarang, kita bertemu di sini” ujar Satrio yang hampir menangis.
Pertemuan yang mengejutkan itu membuat kami menangis karena terharu.
“aku tak pernah menyangka aku akan bertemu denganmu lagi ci” ujar satrio.
“kenapa?” Tanyaku.
“karena kau sudah memiliki kekasih yang jauh lebih baik dari aku” jawab Satrio.
“aku tak memiliki kekasih, karena aku hanya mencintai seorang pangeran yang tampan” ujar aku sambil memegang tangan Satrio.
“siapakah dia?” Tanya Satrio.
“kau..” jawabku.
“sudah hapus air matamu ci, jika kau menangis, kecantikanmu akan hilang” ujar Satrio sambil mengusap air mataku, aku hanya tersenyum.
“kau sekarang tampak cantik ci” kata Satrio sambil memegang wajahku.
“masa sih?” Tanyaku dengan tersipu.
“jerawatmu sekarang sudah hilang” jawab Satrio.
Satrio menarik tanganku ke sebuah batu yang cukup besar, tapi tak terlalu tinggi hanya sebatas lutut, dan mengajak ku duduk di atasnya.
“ci kau masih ingat masa-masa kita dulu di kapal?” Tanya Satrio.
“ingat sekali Rio, kau dulu malu malu mengajakku bermain” ujarku sambil tertawa kecil.
“hehehe, karena aku nervous melihat gadis secantikmu” ujar Satrio tertawa kecil.
“kau hampir jatuh saat kau ingin ke luar sambil membawa pop mie” ujar Satrio melanjutkan.
“dan kau menyanyikan lagu ‘bidadari’ di atas luar kapal saat malam harinya, saat jam 11 malam kau dan Ayahmu meminta nomor hp-ku” kataku sambil tersenyum.
“hehehe, saat aku bilang ‘aku mencintaimu’ kau hanya berdiam diri” ujar Satrio dengan muka ditekuk.
“aku pikir kau becanda saja denganku, ternyata kau serius, aku menyesal telah menyia-nyiakan momen itu” kataku dengan nada merendah.
“aku ingin kau mengulanginya lagi, tapi aku sadar, bahwa di usiamu sekarang pasti kau sudah memiliki kekasih” ujarku dan berdiri di atas tepian air pantai yang disertai ombak-ombak yang berayun-ayun.
“kau benar, aku sekarang memiliki kekasih” jawab Satrio.
Tenggorokan terasa sakit saat menelan air ludah, lidah menjadi pahit, rasanya hati ini remuk, aku diam tak berkata satu kata pun.
“kekasihku Allah, Tuhan yang menciptakan semua ini” ujar Satrio dan menghampiriku, aku menoleh ke arah Satrio.
“dan hanya satu bidadari yang aku cintai” kata Satrio meneruskan perkataannya.
“siapa?” tanyaku.
“bidadari itu di depan mataku, ia berdiri di depanku” ujar Satrio, aku tersenyum senang.
Saat itu Satrio memegang tanganku, aku merasa kaku tak bisa berkutik, mataku terpanah ke arah mata Satrio yang hitam jernih.
“aku mencintaimu, sangat mencintaimu” ujar Satrio menatap mataku tajam, aku tambah kaku seperti patung.
“bisakah kau.. kau ulangi lagi?” Tanyaku gugup.
“aku sangat mencintaimu!” seru satrio dengan suara yang sedikit keras, aku memeluk Satrio, kita saling berpelukan, dan aku menangis.
“aku juga mencitaimu sat” ujarku.
Saat itu hatiku mersa senang seperti tak ada beban di pikiran ini, sekarang bumi merasa lebih bewarna, dan pantai itu membawaku ke dalam sebuah ciuman yang begitu berarti, Satrio orang yang selama ini satria yang selalu menjaga hatiku yang sempat hilang kini kembali pulang dalam kehidupanku.