Cerpen Dunia Tak Lagi Sama

Perkenalkan namaku Icha, Hari itu seperti biasa aku menunggu bus di halte, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara dari belakangku.
“Hey cha?” Jawabnya.
“Iya, kok tahu namaku?” jawabku.
“Masih muda cepet banget lupanya? coba inget-inget!” Jawabnya santai.
Dalam hatiku berpikir, “siapa yah cowok ni?”
“Cha jangan melamun!” Jawabnya.
Kata-kata itu mengingatkanku dengan sahabat lamaku.
“Hehehe.. Riko yah, apa kabar ko?” Jawabku.
“Akhirnya inget juga, lagi baik-baiknya cha, kalau kamu gimana kabarnya?” Jawab Riko.
“Sama dong” jawabku.
“Bagus deh, oh iya mau pulang bareng nggak?” Kata Riko.
“Nggak usah ko ntar ngerepotin kamu aja” jawabku.
“Nggak apa-apa lagian kita kan searah” jawabnya.
“Hmm, gimana yah ko?” Pikirku bingung.
“Udah nggak usah kelamaan mikir deh cha” jawabnya sambil menarikku ke arah motornya.
Sepanjang perjalanan ke rumahku, aku hanya bisa tersenyum sendiri.
Hari demi hari berlalu semakin sering Riko mengantarku pulang dan kami mulai teleponan atau smsan mulai tumbuh rasa di hatiku. Hidupku yang terasa sepertinya Hitam-Putih kini telah berwarna-warni. Hingga tiba-tiba teleponku berdering, ternyata itu telepon dari Riko.
“Halo cha…” Riko.
“Iya Halo” Jawabku.
“Ada yang mau aku omongin sama kamu, Kita bisa ketemuan nggak cha?” Tanyanya.
“Emang nggak bisa lewat telepon yah ko?” Jawabku.
“Bisa sih, tapi enakkan bilang langsung ke kamu” jawabnya.
“Huhuhu, dasar kamu” jawabku kesal.
“Cha aku tunggu di taman jam 7, jangan nggak dateng yah” jawabnya.
Tut… tut… tut… telepon pun terputus, karena penasaran akan apa yang ingin dikatakan Riko, aku pun bergegas ke taman.
Hari itu hujan deras, aku datang setengah jam lebih awal. Aku terus menunggu di taman hingga tengah malam tapi Riko tak kunjung datang. Aku telepon dan sms tapi tidak ada balasan darinya. Terlintas di benakku sepertinya Riko bukan jodohku. Sesampainya di rumah handphone-ku berdering ternyata itu telepon dari Riko. Karena aku begitu marah karena dia tidak datang ke taman, lalu ku matikan hp dan pergi tidur.
Keesokan pagi ketika aku menyalakan hp terdapat satu pesan.
“Maaf sebelumnya, apa anda pacarnya? Tolong beritahu keluarganya kalau mas ini mengalami kecelakaan dan sekarang lagi berada di UGD RS”
Betapa terkejutnya aku, mendengar kabar itu. Secepatnya aku dan keluarga Riko pergi ke rumah sakit. Keluarlah dokter dan perawat.
“Maaf siapa yang namanya Icha?” Tanya dokter.
“Saya dok, ada apa yah?” Jawabku khawatir.
“Semalam ketika Riko dibawa ke sini, dia mengenggam cokelat dan sebuah surat, sepertinya ini untuk anda” jawab suster.
Ku baca surat tersebut, perasaan senang sekaligus sedih ku rasakan, ternyata Riko mengajak bertemu agar bisa bilang kalau dari dulu dia suka sama aku.
“Dok apa Riko nggak apa-apa?” Tanyaku.
“Maaf kami telah berusaha semaksimal mungkin tapi nyawa Riko tidak bisa lagi diselamatkan” jawab dokter.
Mendengar kata-kata itu seluruh tubuhku lemas seketika tanpa sadar air mata ini tak berhenti menangis.
Kepergian Riko membuatku depresi. Membuatku ingin bunuh diri, siapa sangka Riko akan pergi secepat ini. Aku belajar tegar menghadapi semua namun ternyata aku masih belum bisa melupakannya. Hingga sekarang setiap tanggal tersebut aku selalu pergi ke kuburan membacakan doa untuknya.