Cerpen Ini Hati Bukan Halte
10/30/2015“Tapi Kay, maafin aku”
“Gak Nik, kamu pernah nyakitin aku tapi aku maafin, terus aku udah kasih kepercayaan ke kamu tapi kamu khianatin aku gitu aja”
“Kay please, maafin aku”
“Aku cape Nik, kamu sakitin terus-terusan”
“Tapi Kay, aku bisa jelasin semuanya!”
Kayla terlalu bosan mendengar alasan Niko. Dan lagi hubungan mereka harus berakhir dengan tragis. Kayla mencoba berlari sekencang mungkin untuk menjauhi Niko. Air matanya masih mengalir deras. Air mata pendustaan yang diciptakan oleh manusia yang tak tahu diri. Berulang kali Kayla menyeka air matanya, namun percuma, air matanya tetap saja turun. Orang-orang yang melintas di jalanan menatap dengan wajah bingung tentang kondisi Kayla yang menangis di jalan. Tak sedikit orang yang menanyakan kepadanya, “Kenapa Mbak?” namun Kayla tidak ingin sama sekali menggubris deretan pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang di jalanan.
Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia menabrak seseorang dan ternyata itu Riyan. Riyan, Kakak kelas Kayla yang kemarin ia caci maki habis-habisan atas hujaman bola basket di kepala Kayla. Riyan menatap Kayla penuh tanya, sama seperti orang-orang yang melintas sejak tadi. Karena tak ingin ambil pusing akhirnya Kayla memutuskan untuk meninggalkan Riyan. Ingin rasanya Riyan pergi meninggalkan Kayla yang langkahnya sudah mulai hilang di tikungan.
Namun, tetap saja Riyan terlalu membenci bila ada seorang wanita menangis. Alhasil Riyan memilih untuk mengejar Kayla. Kali ini Riyan memilih untuk memotong jalan agar bisa bertemu Kayla. Riyan melangkah hingga berhenti di persimpangan jalan. Riyan sengaja memasang badan dengan harapan Kayla menabraknya lagi. Dan tidak terlalu lama menunggu, harapan Riyan terkabul, Kayla menabrak Riyan untuk yang kedua kalinya.
“Kok lo lagi?” Kayla kesal sambil menangis.
“Kenapa lo di sini?”
“Harusnya gue yang nanya gitu!”
“lo bisa minggir gak? gue mau lewat! dan gak usah susulin gue!”
“Ih baru nemuin gue orang nangis tapi masih punya urat PD. Ngapain gue susulin lo, kurang kerjaan banget. Palingan lo nya aja kali yang dari tadi muter-muter sambil jalan”
“Gue gak nangis!”
“Haha orang buta juga bisa tahu kali, kalau lo nangis. Sini gue bilangin, kebanyakan cewek itu cantik kalau lagi nangis, tapi lo nggak, lo cantik kalau lagi senyum. Sini gue peluk”
Riyan memeluk erat Kayla. Kayla yang awalnya mengelak, berusaha untuk tenang. Ia tak ingin menggubris apa kata orang, karena yang ia butuhkan adalah sandaran untuk bercerita. Seusai berpelukan, Riyan mengajak Kayla ke suatu tempat. Kayla yang emosinya kurang membaik, hanya mengiyakan gandengan Riyan yang mengantarkannya ke sebuah tempat. Dan tempat itu adalah Pantai. Pantai ini tak seperti pantai pada umumnya, yang seharusnya ramai dengan pengunjung. Namun, pantai ini terlihat sepi dan masih asri. Ombaknya dan segala hal yang ada di Pantai itu nyaris membuat mood Kayla membaik.
Riyan menarik tangan Kayla dan membawanya ketepian pantai. Riyan menginginkan Kayla untuk berteriak dan melepas semua beban yang ada saat ini.
“Teriak!!” Pinta Riyan.
“aaa..”
“aduh orang tuli gak akan bisa dengerin teriakan lo tahu! sini gue bantu!”
Tiba-tiba Riyan mencubit tangan Kayla sekuat mungkin dan alhasil Kayla berteriak kencang. Riyan tahu, ia menyakiti fisik Kayla, cubitan memang bukan cara terbaik tapi teriakan adalah jalan keluar untuk Kayla.
“aaaaaa!!!”
“Wow kenceng banget ya teriakannya”
“Sakit tahu! kemarin lo udah nimpuk kepala gue pake bola basket, sekarang lo cubit tangan gue sampe merah! mau lo apa sih!”
“iya deh maaf buat yang kemarin, tapi buat yang sekarang gue kepaksa lakuin ini, gue mau lihat lo lega, gue rela jadi pelampiasan amarah lo kok!”
“hahahaha gue bercanda kali, makasih ya”
Kayla kembali tersenyum lebar setelah air matanya terjun berualang kali. Riyan mengusap kepala Kayla lalu tersenyum lebar. Riyan senang bisa melihat Kayla tersenyum kembali. Sebelum Riyan bertanya tentang apa yang terjadi, Riyan membelikan es kelapa muda untuk Kayla. Kayla meminumnya dengan sedikit lamunan. Baiklah, mungkin wanita selalu begitu, menangis saat disakiti dan masih bisa mempertimbangkan dengan memori-memori.
“lo kenapa?” Tanya Riyan hati-hati.
“gue barusan putus sama pacar gue . Dia pengkhianat, kita udah putus nyambung tiga kali”
“waduh itu hubungan apa saklar ya?”
“gue gak bercanda” Kayla mengernyitkan dahinya.
“eh iya maaf deh, sok cerita kenapa bisa putus nyambung?”
“yang pertama dia putusin gue gara-gara masih sayang mantannya. Terus yang kedua, dia putusin gue karena gue cuek, katanya gue terlalu sibuk sama novel gue. Terus yang ketiga..”
“yaa Heemm?”
“yang ketiga barusan tadi aku pergokin dia selingkuh sama cewek lain”
“Hahaha..”
“Kok lo rese, ngetawain gue, tahu gini gue gak mau cerita lagi ah!”
“ya habis lo nya juga, udah tahu cowok kayak gitu masih aja dipertahanin”
“itu karena gue sayang dia!”
“lo gak pantes sayang sama orang yang nyia-nyiain lo!”
Seketika keadaan menjadi hening, Riyan merangkul Kayla dan menyadarkan Kayla di bahunya. Terpaan angin di sore hari menambah ketenangan di antara mereka. Riyan sengaja memberikan waktu, agar Kayla bisa menenangkan dirinya. Riyan tahu tak seharusnya dia merangkul Kayla sehangat ini. Waktu terus berputar, hingga akhirnya pancaran cahaya matahari yang memantul bersama gelombang pantai membuat sebuah bayangan siluet di antara mereka. Mereka menikmati cahaya sunset bersama.
“Hari ini lo boleh nangis, tapi besok gue gak mau lihat lo nangis”
“tapi gue gak strong, gue rapuh!”
“tapi lo bisa jadi wanita strong, wanita kuat itu wanita yang menangis saat malam dan bangun di pagi hari dengan melupakan kesedihannya di malam hari”
Kayla mulai mengangkat kepalanya dari bahu Riyan. Riyan menatap dalam mata Kayla. Dia berusaha membaca beban yang Kayla rasakan hari ini. Andai Tuhan mengizinkan, Riyan berharap beban Kayla bisa menjadi milik Riyan seutuhnya. Bahkan dia rela menjadi tempat pelampiasan emosi Kayla setiap harinya.
“jangan nangis lagi ya, gue gak mau lihat lo nangis, lo itu udah jelek, kalau nangis ya tambah jelek”
Kayla tersenyum lebar. Melihat itu Riyan jadi tersenyum lega. Malam itu Riyan mengantar Kayla pulang ke rumahnya.
Setelah kejadian satu bulan yang lalu. Kayla dan Riyan berteman akrab. Hingga akhirnya Kayla merasakan sebuah hal yang mengganjal dalam hatinya. Dia merasakan kenyamanan saat bersama Riyan. Cinta kah ini? namun Kayla tidak ingin menghakimi perasaanya.
Malam ini Kayla sengaja datang ke rumah Riyan. Pukul 23.55 WIB. Kayla sudah sampai di depan rumah Riyan. Dia sengaja datang malam-malam untuk memberi surprise di hari ulang tahun Riyan yang kedelapan belas tahun. Namun, saat Kayla sampai di ambang pintu, dia melihat Riyan memeluk Sofie anak kelas dua belas IPA. Sofie mengenakan dress warna merah dan kulit putihnya menambah aksen kecantikannya.
Kayla terkejut melihat hal itu, rainbow cake yang ia buat hancur terlempar entah ke mana. Kayla segera berlari meninggalkan Riyan. Untuk yang kedua kalinya Kayla disakiti oleh pria yang ia percaya. Langkahnya dihiasi oleh isak tangis pendustaan. Dan lagi, luka itu harus kembali hadir dalam hidup Kayla. Kayla pikir, Riyan itu berbeda dengan Tian. Namun, waktu menjabarkan hal yang tak ia tahu. Kayla tak ingin berkata apa-apa. karena kesimpulannya kali ini, tak ada laki-laki yang bisa menjaga tangisnya. Mereka semua adalah pemecah air mata yang seharusnya dijaga.
Kayla masih terus berlari menyusuri jalanan yang semakin sepi. Tiba-tiba hujan deras mengguyur badan Kayla. Mungkin Tuhan berkata lain, Tuhan tak ingin membiarkan wanita seperti Kayla menangis sendiri. Dia terpaksa pulang dengan kondisi basah kuyup. Keesokan harinya, Riyan sudah berdiri di ambang pintu kelas Kayla. Kayla terkejut melihat Riyan yang tak seharusnya di sana.
“Hay” ujar Riyan tersenyum lebar.
“hmm”
“ehh lo kenapa sih? kok mukanya pucet?”
“gak ada urusannya sama lo!”
“kok jawabnya ketus?”
“awas minggir yan, gue mau masuk kelas!”
“jawab pertanyaan gue dulu lo kenapa?”
“gue gak apa-apa!”
“tapi Kay..”
“Riyan AWAS!!!” Kayla membentak Riyan.
Dengan berat hati akhirnya Riyan menyingkir dari pandangan Kayla. Riyan masih bertanya-tanya ada apa dengan Kayla. Bahkan saat jam istirahat tiba, Kayla malah terlihat bermesraan dengan Niko, mantan Kayla. Ada apa ini, bagaimana bisa Kayla memberi kesempatan untuk Niko? Ini konyol. Melihat mereka bermesraan, itu membuat Riyan geram dan ingin menghajar Niko habis-habisan. Namun, sebelum Riyan mendekati Kayla dan Niko. Seorang wanita dengan kuncir rambut warna pink datang dan menampar Kayla.
“Eh lo apa-apaan ini pacar gue!”
“apa pacar lo?”
“iyalah”
“tapi Niko bilang, dia gak punya cewek!”
“kalau dia gak punya cewek terus gue sapa?”
“Ntan Intan udah tan..” Niko mencoba melerai.
“Niko dia siapa? kamu bohongin aku lagi?” Kayla memarahi Niko.
“aku bisa jelasin semuanya”
“Gak ada yang perlu dijelasin Nik, kamu gak pernah bisa jaga kepercayaan aku”
“tapi Kay, gue sayang lo”
“kalau lo sayang gue, lo gak bakal buat gue nangis”
Melihat hal itu Riyan menjadi tambah geram. Dia langsung melangkah mendekati kerumunan. Riyan langsung menghajar habis-habisan muka Niko. Dia tak peduli jika tiba-tiba ada guru BK yang akan menghakiminya. Yang terpenting kali ini dia tak ingin melihat Kayla menangis apalagi sampai menjadi milik laki-laki pendusta seperti Niko.
“Riyan udah yan!” Kayla melerai Riyan.
“gak Kay, gak ada yang boleh nyakitin lo, gue gak terima!”
“tapi kita bisa omongin baik-baik”
“gak kay cowok kayak dia gak bisa dikasihani!”
Orang-orang semakin berteriak, mereka menyoraki Riyan dan Niko yang sedang bergulat di kantin. Kayla yang tak ingin memperpanjang masalah langsung menarik Riyan ke luar dari kerumunan. Langkah Kayla berhenti di sebuah taman sekolah. Dia langsung melepas genggamannya yang sejak tadi menarik Riyan.
“sejak kapan sih lo berani main kasar?” Kayla memarahi Riyan.
“sejak gue, gak mau lihat lo disakitin”
“peduli apa lo tentang gue? lo udah punya cewek kan!”
“cewek? siapa?”
“Sofie!”
“Sofie?”
“iya semalem jam 23.55 gue dateng ke rumah lo mau ngucapin Happy Birthday tapi yang gue lihat malh lo lagi pelukan sama Sofie”
“lo cemburu?”
“gue gak cemburu, cuma gak suka aja lihat orang pelukan!” Kayla bernada mengelak.
“Sofie itu sepupu gue, ya emanglah gue gak sempet cerita ke lo, gue pikir lo tahu, jadi wajar kalau pelukan, semalem itu keluarga besar gue pada kumpul buat ngerayain ulang tahun gue, jadi dia semalem pake dress, tadinya gue mau ke rumah lo, tapi takut lo nya gak boleh ke luar rumah”
“jadi Sofie sepupu lo?” Kayla merendahkan suaranya.
“iya dia sepupu gue”
“kay..”
Diam.
“Kay, gue sayang sama lo, itu penyebabnya gue gak rela lo disakitin”
“tapi yan?”
“kenapa kan udah jelas, Sofie bukan siapa-siapa gue”
“Mmm…”
“ahh udah kelamaan tinggal jawab iya!”
“ih kok maksa”
Riyan memeluk Kayla dan Kayla menangis terharu dalam pelukan Riyan. Kayla merasa malu atas perlakuannya yang seperti anak kecil. Tidak beberapa lama kemudian Niko datang mendekati Kayla dan Riyan.
“Kay lo mau kan kasih gue kesempatan lagi?”
“Gak Nik.. gue gak bisa”
“kepercayaan gue udah habis buat lo”
“tapi gue bakal perbaiki semuanya”
“maaf Nik, ini hati bukan halte yang bisa lo singgahin kapan aja”
Cerpen Karangan: Fauziah Wulansari
Blog: http://meiuji.blogspot.com
Namaku Fauziah Wulansari. Aku kelahiran Semarang, 8 Mei 1999. Aku belajar menulis karangan sejak duduk di bangku kelas satu SMP. Awalnya menulis bukan menjadi hobiku. Namun, ada suatu hal yang telah merubahku menjadi seorang penulis. Awalnya memulai dengan menulis puisi di catatan FB dan sekarang sudah mulai belajar membuat Cerpen. Jumlah catatan di FB sudah mencapai angka 60 catatan. Banyak teman-temanku yang menyukai karya cerpenku. Perlombaan menulis cerpen sudah diikuti namun saat pengumuman lomba hanya mendapat Harapan II setelah itu aku mulai mempelajari kesalahanku dalam menulis akhirnya saat perlombaan cerpen diaadakan kembali aku mendapat Juara 1. Semoga kalian yang membaca Cerpenku bisa suka dengan hasil karyaku.
0 komentar: