Cerpen Kepergian Mu

Sudah 2 tahun kamu pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Dua tahun sudah aku larut dalam kesedihan, dua tahun juga aku tidak bisa melupakanmu. Aku masih mengingat dengan jelas memori memori kita bersama, waktu kamu masih ada, masih bersamaku. Memori memori itu, tidak bisa kulupakan begitu saja. Memori-memori itu selalu ku kenang, selalu tersimpan rapat-rapat dalam hidupku.

Aku masih ingat waktu kamu datang ke rumahku pagi pagi, memberikan aku bunga mawar dan boneka Elmo. Dan Kamu selalu memberikan senyuman itu kepadaku, dan aku ingat juga kamu pernah bilang pada hari itu juga.
“Kalau suatu saat nanti aku tak ada di sampingmu, jangan pernah lupakan kenangan-kenangan kita yang telah kita lalui. Dan jangan pernah berhenti mencintaiku, walaupun aku tak ada lagi di sisimu.” ucapnya sambil menggenggam tanganku erat.
“Aku akan selalu mencintaimu, Mita.” ucapnya lagi.
Tiba tiba perasaanku tidak enak, aku takut sekali jika dia memang akan pergi meninggalkan aku. Ku beranikan untuk bertanya padanya.
“Kamu kenapa? kamu kenapa ngomong gitu? kamu kan udah janji sama aku, gak akan tinggalin aku.” Dan dia kembali tersenyum. Senyum yang hangat itu.
“Sayang, dengerin aku ya. Setiap manusia, pasti akan kembali pada Sang penciptanya. Walaupun, kita tidak pernah tahu kapan kita kembali padaNya..” Katanya. Aku menghela napas.
“Iya, aku tahu kok. Tapi kenapa kamu tiba-tiba ngomong gitu? kamu gak akan tinggalin aku kan? aku gak mau kamu pergi.” Kataku lagi. Dia menatapku dan mengacak rambutku pelan.
“Iya sayang, aku tidak akan pergi meninggalkanmu.”
Dan Setelah itu, dia pun pamit pulang dengan alasan urusan mendadak. Aku pun merelakannya, padahal aku masih merindukannya.
“Aku pulang dulu ya. Jaga dirimu baik-baik ya.” ucapnya. Dia pun menjalankan motornya. Perasaan tidak enak pun kembali muncul. Hatiku tak karuan. Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa padanya. Aku pun segera masuk ke rumah. Ingin beristirahat sejenak.
Sudah 2 hari Rio tidak memberiku kabar. Bahkan, smsku tidak juga dibalas. Di kampus pun aku tidak pernah melihatnya. Kemanakah Dia? Apakah Dia baik-baik saja? Dan anehnya, ada saja paket untukku darinya. Mulai dari Bunga mawar, boneka, foto-foto kita berdua, dan masih banyak lagi. Dan dia juga selalu menuliskan, “Maaf jika aku punya salah padamu. Aku akan selalu mencintaimu, Mita.”
Dan esoknya, aku melihat Dia di kampus. Dia sedang duduk di taman sambil menggambar. Ku datangi dia dengan penuh rasa kesal aku bertanya padanya.
“Aku gak tahu, aku salah apa sama kamu. Tapi kenpa belakangan ini kamu gak pernah memberiku kabar? kamu gak tahu aku merindukanmu..” kataku.
“Rio, kamu kemana saja? kenapa kamu baru kuliah? kamu baik baik saja kan?” tanyaku lagi. Dia masih saja tetap diam. Menyibukkan diri. Aku semakin kesal padanya.
“Rio!! jawab aku!! kenapa kamu diam aja sih? jawab Rio, aku mohon!!” Bentakku sambil menangis. Dan akhirnya Rio menatapku, memberikan aku sebuah gambar, yang ternyata itu aku kemudian dia tersenyum padaku.
“Maaf ya, aku sudah membuatmu khawatir. Tapi, aku baik baik saja sayang.” ucapnya.
“Aku ke perpustakaan dulu ya. Nanti kita pulang bareng ya.” ucapnya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan aku sendirian.
“Rio..” panggilku. Dia membalikkan badannya, kemudian tersenyum ke arahku. Hatiku semakin tak karuan. Semakin khawatir. Aku takut akan terjadi sesuatu padanya.
Ketika pulang kuliah. Aku sedang menunggu taksi. Aku tidak mau pulang dengannya. Aku masih kesal padanya. Sebuah motor yang ku kenali berhenti di hadapanku. Aku membuang muka.
“Ayoo, kita pulang.” Ajaknya.
“Gak usah, aku bisa naik taksi kok. kamu pulang aja.” kataku dingin. Aku segera memanggil taksi, dan taksi itu kemudian berhenti. Aku segera masuk ke dalam. Dia menyusul dengan motornya, mengetuk kaca taksi itu.
“Cepat pak!” ucapku pada supir taksi itu. Akhirnya, aku terbebas darinya. Tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat keras. Seperti suara motor yang ditabrak. Aku pun menyuruh taksi itu berhenti. Ku lihat ke belakang ternyata itu Rio. Dengan kepanikan yang melandaku, aku segera membayar taksi itu, kemudian segera turun.
Langsung aku berlari ke arah suara itu, dan yang ku lihat Rio dengan tubuh bersimbah darah terkapar di jalan, sontak aku menjerit, menangis, dan pingsan di tempat, ketika ku buka mataku, yang ku lihat hanya Ibuku di samping, dia mengatakan, “Rio sudah tenang di sana, sayang” langsung saja aku menangis histeris. Yang ku tahu aku dipeluk dengan erat oleh Kakakku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku mengumpat diriku. Aku menyesal. Apakah ini semua arti dari beberapa hari ini? Arti dari perkataan yang pernah diucapkan padanya kepadaku? Dan kado-kado yang diberikan oleh Rio kepadaku? Tuhan, mengapa secepat itu Kau mengambil Dia? Mana janjimu Rio? janjimu yang akan selalu ada di sampingku?
Hari ini hari pemakamanmu, aku pun membawa fotonya dan aku pegang erat-erat, di sampingku ada Kakakku yang setia memelukku. Aku tak dapat membendung tangisku ketika peti matimu telah dikubur di dalam tanah, aku pun menaburkan bunga ke atas tanah itu. Aku berlutut dan mencium nisan itu.
“Baik-baik di sana sayang, aku selalu sayang kamu.”
“Mita, ayo kita pulang.” ajak Kakakku. Aku pun kemudian berdiri. Dengan berat hati, aku tinggalkan dia sendiri di sana.
Hari ini tepat dua tahun kamu meninggalkanku, dan sampai saat ini aku belum bisa melupakanmu. Aku kembali datang ke kuburanmu dengan membawa bunga kesukaanmu yang ku ikat pada pita hitam warna favoritmu, aku masih saja berduka, dan aku masih belum bisa membuka hatiku pada pria lain. Dan memori-memori itu masih ku simpan dalam-dalam. Biarkan itu menjadi kenangan antara aku dan kamu. Kalau saja aku pulang denganmu, aku hanya dapat menyesalinya. Namamu selalu dalam doaku. Dan selalu mencintaimu sampai kapanpun. Inilah kata terakhir dariku untukmu.
“Aku akan selalu mencintaimu, menyayangimu. Tunggu aku di sana sayang.”